July 11, 2020

Mula Menguntai Asa Bersama Peraih Mimpi

Saya adalah seorang pemuda berzodiac Virgo yang berasal dari keluarga biasa saja namun bersyukur tak kekurangan kebahagiaan. Merasakan kesulitan hidup ketika ayah kandung sakit keras dan hingga kini besar bersama seorang Ibu, Kakak, Addik-adik dan keponakan. Namun merasa berbahagia ketika dapat berbagi canda dan tawa bersama adik-adik dari Sekolah Diponegoro.

Nama saya Adam Muhammad Ramdani, saya lahir dan besar di Purwakarta pada tanggal 30 Agustus. Namun Bintaro dan Tangerang Selatan sudah menjadi kampung halaman kedua bagi saya. Disinilah saya menemukan sosok ayah yang sangat penyayang dan mengayomi.

Saya terlibat sebagai Guru Relawan di Sekolah Diponegoro pada bulan Januari 2017, beberapa bulan setelah saya menjalani operasi karena sakit yang saya alami. Diperkanalkan Oleh Ayah asuh saya kepada Bu Santi, untuk mendampingi belajar adik-adik dio sekolah Diponegoro.

Ternyata saya baru tahu, bahwa Sekolah Diponegoro adalah sekolah untuk adik-adik yang berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Dari situlah saya bersemangat menjadi bagian dari sekolah untuk mendampingi proses pembelajaran adik-adik.

Masih ingat dalam benak saya, Matematika adalah mata pelajaran pertama saya yang saya ajarkan kepada adik-adik, diselingi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena permintaan dari Ayah yang juga seminggu sekali hadir di sekolah untuk mengajar TIK kelas VII dan IX sementara saya mengajar kelas VIII bergantian dengan Bu Kun atau saya biasa memanggilnya mbak Nita.

Walau latar belakang pendidikan saya adalah Ilmu Komunikasi di salah satu PTN Terbaik di negeri ini, namun saya tak malu mengungkapkan aktivitas saya kepada sahabat, teman bahkan kolega satu almamater. Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya dapat menjadi sebagai relawan dan memberikan inspirasi kepada adik-adik. Bahkan kadang saya sangat merasa bahagia ketika adik-adik yang belajar bersama saya sukses berprestasi di sekolah lanjutannya masing-masing.

June 26, 2020

Rumput Tetangga Terlihat Lebih Hiijau?

Menjadi seorang manusia biasa kadang memang memiliki beban moral ketika kita punya sahabat, kolega, atau bahkan saudara sendiri yang bisa dibilang lebih “bahagia” daripada kita.
Padahal tolak ukur bahagia itu relatif, ada yang memandang dari kekayaan, kontribusi, fasilitas mewah atau bahkan ada yang hidup sederhana tidak punya apa-apa tetap bahagia.
Jadi untuk apa membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain dari segi prestasi bolehlah menjadi pecutan bagi kita untuk kedepannya lebih baik, namun jika perbandingannya adalah dari segi kekayaan itu tak kan ada habisnya.
Karena tidak semua yang terlihat dari segi harta benda yang banyak, fasilitas mewah, rumah besar, mobil mahal banyak, alat elektronik terbaru, pakaian branded dapat dikatakan bahagia. Malah ketika memiliki itu semua kadang membuat sesoarng lupa daratan. Lupa akan jati diri, lupa bahwa disekitarnya masih ada orang lain yang perlu uluran tangan mereka, juga sangat was-was karena takut atau khawatir apa yang dimiliki mereka hilang atau habis.
Sementara ada orang yang tidak punya apa-apa, rumahpun mengontrak, pakaian itu-itu saja bahkan untuk makanpun seadanya sampai ada yang menunaikan ibadah puasa daud -sehari makan sehari tidak- karena keterbatasan kondisi namun mereka tetpa bahagia. Mereka kadang bahagia karena masih dapat berkumpul dengan keliarga, masih dapat merasakan nikmatnya beribadah dan lainnya.
Tapi itu kembali diambil dari sisi positifnya, karena dari sisi lainnya bisa jadi orang dalam kondisi ala kadarnya tersebut mereka tetap saja tidak bahagia, karena tidak bisa makan enak, rumah yang bocor ketika hujan, bahkan hampir rubuh apabila terjadi badai itu semua tidak dapat dipungkiri.
Jadi kebahagiaan itu datang dari mana?
Kebahagiaan datang dari diri kita sendiri.
Rumput Tetangga Selalu Terlihat Lebih Hijau istilah yang sering kita dengar. Yak, memang hal itu pasti selalu ada dalam kehidupan kita.
Hanya saja apabila kita terus memangang kesamping, atau keatas tidak akan ada habisnya. Mencoba untuk selalu memandang kebawah pasti kita akan sangat bersyukur bahwasanya masih banyak orang yang mungkin tidka sebaik kita. Jangan selalu melihat keatas atau kesamping.
Rasa syukurlah yang menjadi kunci. Ketika kita sudah bersyukur apa yang kita miliki saat ini, rasa syukur terkait kondisi kita sekarang, rasa syukur karena kita masih bisa diberikan banyak nikmat oleh Tuhan, rasa syukur karena kita masih bisa hidup di dunia itu adalah harta termahal yang sebenarnya kita miliki.
Susah? Iya pasti susah, hanya saja sebagai seorang yang beriman rasa syukur itu wajib. Bahkan ketika kita bersyukur Tuhan pasti tidak tidur dan akan memberikan balasan terhadap apa yang kita lakukan.
Semua itu kembali kepada diri kita masing-masing.
Mencoba menghiraukan pandangan bahwa rumput tetangga lebih hijau adalah langkah pertama. Karena yang harus dilihat adalah rumput kita sendiri. Apakah kita sudah menyiraminya dengan baik, merawatnya dengan elok, serta sudah giatkah kita menjaga rumput kita bahkan tidak lupa untuk ditanami dengan tumbuhan lain agar rumput kita terlihat asri dan menyejukan.
Bersyukur apa yang kita miliki saat ini. Mencoba selalu menjadi seorang yang lebih baik, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain juga tentunya mnejadi pribadi yang lebih baik di mata Tuhan Yang Maha Kuasa.
Karena yakinlah Tuhan tidak tidur, Tuhan memiliki tujuan dari setiap apa yang Ia ciptakan di muka bumi ini.
Sehingga semuanya kembali kepada kita, kita mau melakukan apa hari ini, kita mau merencanakan apa untuk hari esok serta untuk apa kita ada di dunia ini.
Rasa syukur dan selalu percaya kepada Tuhan bahwa setiap manusia memiliki jalannya masing-masing yang tentu saja terbaik untuk diri mereka sendiri yang juga belum tentu terbaik untuk orang lain.

March 27, 2020

Memulai Kembali Jemari ini menguntai

Bukan mengikuti trend video youtube yang sedang viral diakhir-akhir ini yakni, "pamit" dan "kembali"nya youtober wanita pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara dengan subscriber terbanyak Ria Ricis*

Namun, kembalinya menulis di blog adalah upaya agar menjadikan diri semakin dewasa, semakin berkembang serta semakin baik karena dengan tulisanlah dapat dilihat oleh banyak orang bahkan tak lekang oleh waktu.
Seperti halnya dari buku yang saat memotivasi juga untuk saya kembali menulis adalah buku karya Saad Pamungkas dengan judul 101 CARA KREATIF ALA STEVE JOBS, dimana salah satu quotenya adalah "Innovation comes from saying -no- to 1000 things".

*https://www.youtube.com/watch?v=wfsjvLlNqtU video pamit Ria icis

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes