January 02, 2018

Merajut Asa Kembali

LA (red.Lebak Anyar not Los Angeles)
Selasa/ Tuesday, January 02 2017/ 14 Rabiul Akhir 1439H


Dalam gemericik air hujan yang turun membasahi Bumi. Dalam kesahduan dan kesuniyan. Namun hangat terasa di dalam gubuk istimewa yang kami sebut rumah.
Dipagi hari aku sempatkan untuk berziarah ke makam ayahanda, nenek, dan juga kakek tercinta. Semoga Allaah mengampuni dosa-dosa mereka dan menerangi alam kuburnya. Bid’ah? Silahkan berpendapat sesuai keyakinannya namun ziarah ini mengingatkanku pada alam setelah dunia, mengingatkanku pada sosok mereka walaupun sang Kakek belum pernah berjumpa secara fisik.
Aku meminta do’a kepada Allaah untuk kebahagian dunia dan akhirat pada keluarga ku, ketenangan hidup dan juga kesehatan yang begitu mahal kita dapatkan. Tak lupa aku berdo’a untuk semua orang tuaku, serta setiap muslim yang telah mendahului kami untuk meninggalkan alam fana ini.
Bagaimana dengan Palestina? Syuriah? Rohingnya? Ataupun saudara muslim terdekat? Semoga Allaah, Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan limpahan karunia dan kesejahteraan bagi kita semua.
Mengingat saat bermalam di suatu masjid tempo hari, aku kuatkan nurani bahwa diriku bukan hanya untuk diriku sendiri. Hartaku bukan untuk kemakmuranku sendiri. Senyumku bukan untuk kebahagiaanku sendiri. Ada orang-orang di sekitar kita berhak mendapatkan apa yang kita punya. Namun bagaimana dengan apa yang dimiliki oleh orang lain yang kita tidak miliki, itu adalah rezeki mereka yang sudah sang Pencipta anugerahkan pada mereka.
Tekadku? Iya tekadku, aku akan senantiasa ikhtiarkan dalam komitmen untuk mendapat keridhoan dari-Nya.
Impianku? Iya impianku, aku sandarkan pada usaha keras yang akan aku kejar sembari tak lupa bahwa Dialah yang Maha Berkehendak.
Namun sebelum aku meminta keridhoan dariNya tentu keikhlasan dan keridhoan dari ibu ku adalah yang pertama.
Semoga ini bukan hanya mimpi biasa namun asa yang harus dirajut walaupun perlahan namun pasti.



January 01, 2018

Cerita di Penghujung dan Awal (Tahun)

Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, 31 Desember 2017 M/13 Rabiul akhir 1439 H

Sejenak berfikir penuh perenungan, di penghujung akhir tahun ini, mengikuti rangkaian mabit dengan tema Romantisme Rasulullaah.degan diawali menyaksikan film drama cinta Islami Ayat-Ayat Cinta 2 di pecan lalu, begitu banyak yang harus kita syukuri dalam hidup. Sebagai seorang manusia apalagi diriku sebagai seorang pria dewasa banyak tantangan hidup yang harus diarungi. Banyak anugerah dari Yang Maha Kuassa yang tentu saja harus kita syukuri. Sosok Fahri walaypun fiktif namun mulianya akhlaknya, serta sosok Muhammad Rasululullaah SAW yang sangat amat mulia. Sosok Aisyah yang kuat dan tegar dan memperjuangkan harkat marbatnya sebagai seorang muslimah, juga Khadijah seorang wanita yang tidak perlu lagi diragukan betapa tinggi derajatnya hingga Rasulullaah selalu teringat padanya walaupun ia telah tiada dan digantikan Aisyah RA..
Dengan hiruk pikuk suara petasan di luar masjid yang dimana memang berada dekat dengan lapangan Monumen Nasional, InsyaaAllaah aku akan menjadi diriku lebih baik untuk kedepannya. Kegemilangan dunia, kilaunya permata dunia takan seindah apa yang akan kita dapat di akhirat kelak. Teringat sosol Rabiah Al Adawiah yang hidupnya di dunia hanya untuk “bercinta” kepada Allaah, tak termakan nafsu dunia, maka apa yang akan aku kejar?
Saat membuka media social sahabat, kawan dan teman, banyak mereka sukses dan mendapatkan banyak kenikmatan harta dunia, apakah aku iri? Ya aku iri, karena aku tidak bias memberikan banyak kepada orangtua, ibu, keluarga bahkan umat di sekitarku. Aku hanya bias berusaha memberikan sepenggal semangat untuk mereka yang membutuhkan. Hanya itu tak lebih.
Gemuruh petasan semakin terasa terngiang ditelinga, menandakan semakin dekat masuknya tanggal 1 Januari 2018 di tahun Masehi. Rintihan hati dan isak tangis dalam sanubari terkucur pilu karena sudah berbuat apakah diriku selama ini? Manusia kotor nan penuh dosa. Seorang anak yang dibanggakan namun tak kunjung dapat membahagiakan. Seorang adik juga kakak yang selalu menjadi panutan namun tak kunjung berbuat banyak untuk mereka. Seorang sahabat yang bias memberi semangat tanpa daya membantu dengan daya dan upaya.
Akhirnya masuk sudah hitungan tanggal 01 Januari 2018 bertepatan dengan hari senin maka aku bertekad untuk dapat menjadi manusia sejatinya manusia. Manusia yang hakikatnya hanyalah untuk beribadah kepada sang Pencipta yang sesuai dengan nama dalam status pesan social berteknologi terkini whatsapp “menjadi surya” aku kan berusaha menjadi matahari yang memberi kehidupan, memberi sinar juga kehangatan. Walaupun kadang sinar sang surya merusak kulit manusia dan membuat takut para caing hingga mereka masuk ke dalam tanah tapi itu adalah sebuah kehidupan.
Aku bukan Rasulullaah manusia sempurna seutuhnya yang tidak penuh dosa. Aku hanya manusia biasa yang kadang penuh asa dalam kebaikan namun kadang pula turun asa ke level terendah menjadi manusia paling kotor dan hina. Ikhtiar dan berusaha adalah kunci serta doa untuk selalu berkomitmen dalam jalur yang memang seharusnya dilalui.
Saat banyak khalayak ramai mebuat resolusi lalu aku? Tentu ada yang aku inginkan untuk di hari esok namun semua kembali pada kemampuan dan bagaimana aku dapat bersemangat untuk menjalankannya.
Menjadi Surya dalam untaian jari pencari, pencari apa? Pencari hidup yang lebih baik.
Semoga Ia YangTidak Pernah Tidur mengampuni dosa-dosaku dan menguatkan asaku.

Untuk ibu, kakak, adik-dikku,keponakanku, sahabatku, serta untuk mereka yang telah mendahului pergi dari kerasnya dunia babah, kedua kakek, nenek, dan semua yang telah pergi lebih dekat dalam hari penuh perhitungan.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes