June 02, 2014

ngopi trus paste,,, heum mahasiswa banget jaman sekarang

Copy-paste ketidak pantasan sikap pemuda terdidik
Tindakan mengkopi lalu paste merupakan sebuah tindakan yang kurang baik dan bermoral. Apalagi untuk ukuran pelajar atau mahasiswa yang memahami benar etika dan hukum plagiarisme. Plagiarisme merupakan tindakan penipuan hasil karya orang lain tanpa sepengetahuan dari penulis aslinya, yang melanggar suatu Hak Cipta dan Hak Moral. Aktor dari plagiarisme ini biasanya dilakukan oleh beberapa akademisi khususnya mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.. Ketertarikan mahasiswa terhadap tindakan plagiarisme, dibangun oleh rasionalitas instrumental. Mahasiswa lebih memperhitungkan tentang efisiensi, efektifitas dan nilai yang dimiliki oleh sumber dayanya (tugas akademik) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika aktor (mahasiswa) menentukan tujuan, aktor akan dihadapkan pada sebuah pilihan cara alternatif yaitu cara SKS (Sistem Kebut Semalam) dan SKJ (Sekali Kerja Jadi). Pilihan tersebut akan memunculkan suatu bentuk tindakan plagiarisme dan konsekuensi dari tindakan plagiarisme.
Walaupun tindakan plagiarism ini banyak dilakukan oleh mahasiswa namun banyak pihak lain bahkan akademisi lainnya seperti dosen pun tak pelak akan tindakan yang tak terhormat ini. plagiarism kini menjadi sebuah budaya yang mengkhawatirkan. Betapa tidak, banyak mahasiswa terutama kini apabila mengerjakan sebuah tugas ataupun pekerjaan akademik dari kampus memanfaatkan metode “copy-paste”. Bahkan untuk melengkapi tugas saja dengan memanfaatkan banyak informasi dari berbagai blog yang ada sangat mudah untuk mengutip tanpa disertai sumber yang jelas.
Membaca buku merupakan suatu nilai perilaku kebenaran untuk menuju keberhasilan dalam proses akademik. Rasionalitas nilai yang digunakan oleh Max Weber bahwa tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius, atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya (George dan Douglas, 2009:137). Hal ini, antara rasionalitas instrumental dan rasionalitas nilai saling bertentangan karena dalam penelitian ini, mahasiswa masih lemah dalam minat untuk membaca. Tanpa adanya membaca buku, mahasiswa berperilaku menyimpang untuk memilih plagiarisme sebagai cara instan untuk menyelesaikan tugas akademiknya. Mahasiswa lebih memperhitungkan tentang efisiensi dan efektifitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Perhitungan inilah yang merupakan essensi dari tindakan rasionalitas instrumental.
Faktanya plagiarisme merupakan suatu tindakan rasional pengambilan hasil karya orang lain yang disengaja ataupun tidak disengaja tanpa mencantumkan nama pengarangnya yang diambil karyanya dan dijadikan sebagai hasil karyanya sendiri, tindakan ini melanggar suatu Hak Cipta dan Hak Moral. Fenomenanya kasus pelanggaran dari segi Hak Cipta dari status orisinalitas karya ilmiah digunakan sebagai acuan hukum, sedangkan dari segi Hak Moral tetap wajib bagi individu untuk menghormati dan menghargai pencipta sebagai penulis yang sebenarnya. Ada terdapat beberapa pengelompokan dari aspek yang melatar belakangi pembentuk rasionalitas mahasiswa dalam memilih plagiarisme sebagai pilihan yang instan untuk menyelesaikan tugas akademiknya dapat ditinjau dari beberapa faktor. Aspek-aspek inilah yang sering menjadi penyebab terbentuknya rasionalitas dalam melakukan plagiarisme diantaranya.
Pertama, perubahan kebudayaan. Kebudayaan bersifat konstan tetapi juga selalu berubah, tetap dalam arti beberapa elemennya seperti bahasa dan hukum berlanjut terus tanpa perubahan besar selama waktu yang panjang (Imran, 1989:61). Perubahan ini dikarenakan semua elemen-elemenya secara pelahan-lahan mengalami perubahan atau metamorphosis. Perubahan dalam dunia pendidikan ini, ketika mahasiswa menyelesaikan tugas akademiknya dengan melakukan tindakan plagiarisme dapat disebabkan adanya perubahan kebudayaan khususnya pada cultural lag. Bentuk dari cultural lag ini adalah ketidak sesuaian antara perubahan nilai dengan teknologi (Imran, 1989:62). Realitasnya teknologi telah diresapi oleh nilai-nilai karena unsur-unsur teknologi baru dan proses-prosesnya dihubungkan melalui fungsi-fungsi teknologi dengan bentuk-bentuk perbuatan yang dibenarkan oleh individu. Teknologi khususnya pada Gadged mencerminkan nilai-nilai kepemilikan, kecintaan atas kecepatan akses internet dan teknik pengolahan data. Nilai-nilai tersebut dapat memuaskan mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akademiknya dengan melakukan tindakan plagiarisme dari internet.
Kedua, rutinitas mahasiswa modern, hanya sebagai penonton (pasif) dalam proses perkuliahan. Hobi mereka hanya dengan menyibukkan diri untuk tidur, nongkrong, belanja, rekreasi, axis pada status di dunia maya khususnya pada facebook dan kuliah hanya sebagai mencari pacar atau mendapat ijazah.
Ketiga, ditinjau dari aspek struktural yaitu dari segi lemahnya etika akademik dan sanksi plagiarisme, rekomendasi tugas (tema tugas yang berbeda dan banyaknya beban tugas), kewajiban untuk membuat jurnal tanpa ada platihan khusus dan minimnya quota buku di Perpustakaan.
Keempat, tingkat ekonomi menengah yang mengharuskan mahasiswa menjalankan peran ganda yaitu sebagai mahasiswa dan karyawan. Sehingga, peran sebagai mahasiswa telah terpinggirkan dan tidak fokus dalam menyelesaikan tugas akademiknya karena ketika menjalankan peran sebagai karyawan, ia harus stand bay di meja kerjanya.
Kelima, kontribusi mahasiswa dalam organisasi khusunya pada BEM mulai dari agenda rapat, pembentukan program kerja, pengadaan seminar nasional dan lain-lain. Keaktifan mahasiswa dalam organisasi tersebut, ketika dalam waktu yang bersamaan mahasiswa mendapat beban tugas yang banyak maka tanpa berfikir panjang, hasil tugas akademiknya diselesaikan dengan cara instan yaitu dengan plagiat. Mahasiswa tidak mempedulikan kualitas tugasnya, melainkan hasil utama tugasnya sudah selesai dan bisa melanjutkan perannya dalam organisasi tersebut.
Keenam, kesehatan. Masyarakat yang baru selalu mengharmonisasikan nilai-nilai dasar kebudayaan Barat dengan kekuatan-kekuatan pendorong dunia modern. Masyarakat tersebut merupakan masyarakat demokratis yang institusi dan sumber utamanya adalah secara umum salah satunya yaitu kesehatan (Imran, 1989:67). Mahasiswa mengaggap bahwa yang terpenting dari segala hal dikehidupannya adalah kesehatan. Penyebab inilah mendorong mahasiswa untuk melakukan plagiarisme karena mahasiswa tidak ingin menyelesaikan tugas dengan banyak membuang tenaga dan fikiran. Hal tersebut dapat mengganggu kesehatan tubuhnya khususnya pada kepala.
Ketujuh, sistem barter juga dapat menyebabkan mahasiswa melakukan tindakan plagiarisme. Hal yang sering dilakukan mahasiswa dengan sistem barter ini terhadap teman dekat (sahabat) dan pacar. Sistem ini hanya mengandalkan sebuah kepercayaan yang penuh terhadap individu satu dengan yang lain. Mahasiswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dengan cara pinjam meminjam tugas atau tukar ide dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini, dapat dikatakan bahwa meraka telah melakukan tindakan plagiarisme karena adanya ikatan hubungan tersebut, membuat mahasiswa menjadi terlena untuk selalu meminta bantuan kepada pasangannya untuk mengerjakan tugas akademiknya

Referensi
Manan, Imran. 1989. Antropologi Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2009. Teori Sosiologi Modern; Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosiologi Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.



0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes