Copy-paste
ketidak pantasan sikap pemuda terdidik
Tindakan
mengkopi lalu paste merupakan sebuah tindakan yang kurang baik dan bermoral.
Apalagi untuk ukuran pelajar atau mahasiswa yang memahami benar etika dan hukum
plagiarisme. Plagiarisme merupakan tindakan penipuan hasil karya orang lain
tanpa sepengetahuan dari penulis aslinya, yang melanggar suatu Hak Cipta dan
Hak Moral. Aktor dari plagiarisme ini biasanya dilakukan oleh beberapa
akademisi khususnya mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.. Ketertarikan
mahasiswa terhadap tindakan plagiarisme, dibangun oleh rasionalitas
instrumental. Mahasiswa lebih memperhitungkan tentang efisiensi, efektifitas
dan nilai yang dimiliki oleh sumber dayanya (tugas akademik) untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Ketika aktor (mahasiswa) menentukan tujuan, aktor akan
dihadapkan pada sebuah pilihan cara alternatif yaitu cara SKS (Sistem Kebut
Semalam) dan SKJ (Sekali Kerja Jadi). Pilihan tersebut akan memunculkan suatu
bentuk tindakan plagiarisme dan konsekuensi dari tindakan plagiarisme.
Walaupun
tindakan plagiarism ini banyak dilakukan oleh mahasiswa namun banyak pihak lain
bahkan akademisi lainnya seperti dosen pun tak pelak akan tindakan yang tak
terhormat ini. plagiarism kini menjadi sebuah budaya yang mengkhawatirkan.
Betapa tidak, banyak mahasiswa terutama kini apabila mengerjakan sebuah tugas
ataupun pekerjaan akademik dari kampus memanfaatkan metode “copy-paste”. Bahkan
untuk melengkapi tugas saja dengan memanfaatkan banyak informasi dari berbagai
blog yang ada sangat mudah untuk mengutip tanpa disertai sumber yang jelas.
Membaca
buku merupakan suatu nilai perilaku kebenaran untuk menuju keberhasilan dalam
proses akademik. Rasionalitas nilai yang digunakan oleh Max Weber bahwa
tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai
perilaku-perilaku etis, estetis, religius, atau bentuk perilaku lain yang
terlepas dari prospek keberhasilannya (George dan Douglas, 2009:137). Hal ini,
antara rasionalitas instrumental dan rasionalitas nilai saling bertentangan
karena dalam penelitian ini, mahasiswa masih lemah dalam minat untuk membaca.
Tanpa adanya membaca buku, mahasiswa berperilaku menyimpang untuk memilih
plagiarisme sebagai cara instan untuk menyelesaikan tugas akademiknya.
Mahasiswa lebih memperhitungkan tentang efisiensi dan efektifitas untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Perhitungan inilah yang merupakan essensi dari
tindakan rasionalitas instrumental.
Faktanya
plagiarisme merupakan suatu tindakan rasional pengambilan hasil karya orang
lain yang disengaja ataupun tidak disengaja tanpa mencantumkan nama
pengarangnya yang diambil karyanya dan dijadikan sebagai hasil karyanya
sendiri, tindakan ini melanggar suatu Hak Cipta dan Hak Moral. Fenomenanya
kasus pelanggaran dari segi Hak Cipta dari status orisinalitas karya ilmiah
digunakan sebagai acuan hukum, sedangkan dari segi Hak Moral tetap wajib bagi
individu untuk menghormati dan menghargai pencipta sebagai penulis yang sebenarnya.
Ada terdapat beberapa pengelompokan dari aspek yang melatar belakangi pembentuk
rasionalitas mahasiswa dalam memilih plagiarisme sebagai pilihan yang instan
untuk menyelesaikan tugas akademiknya dapat ditinjau dari beberapa faktor.
Aspek-aspek inilah yang sering menjadi penyebab terbentuknya rasionalitas dalam
melakukan plagiarisme diantaranya.
Pertama,
perubahan kebudayaan. Kebudayaan bersifat konstan tetapi juga selalu
berubah, tetap dalam arti beberapa elemennya seperti bahasa dan hukum berlanjut
terus tanpa perubahan besar selama waktu yang panjang (Imran, 1989:61). Perubahan
ini dikarenakan semua elemen-elemenya secara pelahan-lahan mengalami perubahan
atau metamorphosis. Perubahan dalam dunia pendidikan ini, ketika mahasiswa
menyelesaikan tugas akademiknya dengan melakukan tindakan plagiarisme dapat
disebabkan adanya perubahan kebudayaan khususnya pada cultural lag. Bentuk
dari cultural lag ini adalah ketidak sesuaian antara perubahan nilai
dengan teknologi (Imran, 1989:62). Realitasnya teknologi telah diresapi oleh
nilai-nilai karena unsur-unsur teknologi baru dan proses-prosesnya dihubungkan
melalui fungsi-fungsi teknologi dengan bentuk-bentuk perbuatan yang dibenarkan
oleh individu. Teknologi khususnya pada Gadged mencerminkan nilai-nilai
kepemilikan, kecintaan atas kecepatan akses internet dan teknik pengolahan data.
Nilai-nilai tersebut dapat memuaskan mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas
akademiknya dengan melakukan tindakan plagiarisme dari internet.
Kedua,
rutinitas mahasiswa modern, hanya sebagai penonton (pasif) dalam proses
perkuliahan. Hobi mereka hanya dengan menyibukkan diri untuk tidur, nongkrong,
belanja, rekreasi, axis pada status di dunia maya khususnya pada facebook
dan kuliah hanya sebagai mencari pacar atau mendapat ijazah.
Ketiga,
ditinjau dari aspek struktural yaitu dari segi lemahnya etika akademik dan
sanksi plagiarisme, rekomendasi tugas (tema tugas yang berbeda dan banyaknya
beban tugas), kewajiban untuk membuat jurnal tanpa ada platihan khusus dan
minimnya quota buku di Perpustakaan.
Keempat,
tingkat ekonomi menengah yang mengharuskan mahasiswa menjalankan peran
ganda yaitu sebagai mahasiswa dan karyawan. Sehingga, peran sebagai mahasiswa
telah terpinggirkan dan tidak fokus dalam menyelesaikan tugas akademiknya
karena ketika menjalankan peran sebagai karyawan, ia harus stand bay di
meja kerjanya.
Kelima,
kontribusi mahasiswa dalam organisasi khusunya pada BEM mulai dari agenda
rapat, pembentukan program kerja, pengadaan seminar nasional dan lain-lain.
Keaktifan mahasiswa dalam organisasi tersebut, ketika dalam waktu yang
bersamaan mahasiswa mendapat beban tugas yang banyak maka tanpa berfikir
panjang, hasil tugas akademiknya diselesaikan dengan cara instan yaitu dengan
plagiat. Mahasiswa tidak mempedulikan kualitas tugasnya, melainkan hasil utama
tugasnya sudah selesai dan bisa melanjutkan perannya dalam organisasi tersebut.
Keenam,
kesehatan. Masyarakat yang baru selalu mengharmonisasikan nilai-nilai dasar
kebudayaan Barat dengan kekuatan-kekuatan pendorong dunia modern. Masyarakat
tersebut merupakan masyarakat demokratis yang institusi dan sumber utamanya
adalah secara umum salah satunya yaitu kesehatan (Imran, 1989:67). Mahasiswa
mengaggap bahwa yang terpenting dari segala hal dikehidupannya adalah
kesehatan. Penyebab inilah mendorong mahasiswa untuk melakukan plagiarisme
karena mahasiswa tidak ingin menyelesaikan tugas dengan banyak membuang tenaga
dan fikiran. Hal tersebut dapat mengganggu kesehatan tubuhnya khususnya pada
kepala.
Ketujuh,
sistem barter juga dapat menyebabkan mahasiswa melakukan tindakan
plagiarisme. Hal yang sering dilakukan mahasiswa dengan sistem barter ini
terhadap teman dekat (sahabat) dan pacar. Sistem ini hanya mengandalkan sebuah
kepercayaan yang penuh terhadap individu satu dengan yang lain. Mahasiswa
saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dengan cara pinjam meminjam tugas
atau tukar ide dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini, dapat dikatakan
bahwa meraka telah melakukan tindakan plagiarisme karena adanya ikatan hubungan
tersebut, membuat mahasiswa menjadi terlena untuk selalu meminta bantuan kepada
pasangannya untuk mengerjakan tugas akademiknya
Referensi
Manan, Imran. 1989. Antropologi Pendidikan: Suatu
Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2009. Teori
Sosiologi Modern; Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir
Teori Sosiologi Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
0 comments:
Post a Comment