January 10, 2012

kilau sejarah Ternate-Tidore


Kilau Ternate-Tidore dengan Bangsa Asing

Kepulauan Maluku merupakan kepulauan yang berada di timur Indonesia. Kepeulauan ini tepat berada di selatan negara Filipina. Dan kepulauan ini memilki letak yang cukup strategis. Seta memeiliki daerah yang cukup luas dan banyak kekayaan alamnya.

Sejak zaman dahulu, kepulauan Maluku merupakan incaran bangsa Eropa. Karena di kepulauan in merupakan surga rempah-rempah yang sangat dicari. Bahakan selain bangsa Eropa, bangsa Arab dan China pun sudah sering melakukan perdagangan kesini.

Kepulauan Maluku ini memiliki beberapa pulau kecil yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa untuk dikembangkan. Bahkan beberapa pulau sempat menjadi produsen cenkeh terbanyak saat itu. Saat dimana masih jayanya kerajaan-kerajaan di kepulauan Maluku serta adanya bangsa Eropa di sini.

Untuk berabad-abad kepulauan Maluku merupakan layar konflik yang cukup mengesankan antara Eropa dan Asia yang merebutkan cengkih dan pala. Termasuk lada dari Jawa dan Sumatera yang erupakan komoditas utama perdagangan. Ini semua memilki nilai jual tinggi dalam perdagangan anatara wilayah Timur dan juga Barat.

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.

Pada pertengahan abad ke 15 dan awal abad ke 16 di kepulauan Maluku telah tersebar agama Islam. Sehingga banyak dari warga Maluku yang menganut agama Islam. Dan Islam adalah agama yang resmi di kepulauan Maluku.
Di kepulauan Maluku tersebut, terutama Maluku utara ada empat kerajaan Islam yang utama, ykni Loloda, Jailolo, Ternate dan Tidore. Komoditas utama yang dihasilkan dari kepulauan Maluku ialah yang cengkeh yang dimana banyak pihak yang mengincarnya terutama dari Arab dan China. Sehingga pada awal abad ke 16 ada pergeseran kekuatan politik. Hingga akhirnya muncullah formasi kekuatan baru yakni Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bachan.
Keempat kerajaan tersebut saling memilki ikatan. Dimana diantara ke empat kerajaan tersebut selalu di adakan perkawinan di antara keluarga raja (yang bergelar Kaichil). Di antara keempat kerajaan tersebut, terdapat dua kerajaan yang secara politis memilki persaingan yakni Ternate dan Tidore untuk mendapatkan hegemoni daerah tersebut.
Wilyah kekuasaan Tidore saat itu mencangkup bagian tengah dan selatan pulau Halmahera, kepulauan Raja Ampat, dan pantai utara kepala burung pulau Irian. Sementara Ternate mencangkup separuh bagian tengah dan utara pulau Halmahera, pulau Morotai dan kemudian mempengaruhi juga keadaan politik di pulau Seram, Buru, Ambon, Lease, dan Banda.
Pada tahun 1512 Portugis sudah mulai menampakkan di perairan Banda dan juga Ambon. Kerajaan Ternate begitu respeknya terhadap kedatangan bangsa Portugis ini, bhakan pihak mereka telah bersiap menyambut. Sementara itu pihak kerajaan Tidore lebih respek terhadap kedatngan Spanyol. Dan kedua kerajaan ini membangun benteng yang dipersilahkan kepada para tamu ini.
Kericuhan terjadi di dalam intern urusan pemerintahan. Terutam ialah kerajaan Ternate. Dimana Purtugis selalu ikut campur dalam urusan dalam negeri kerajaan. Kerajaan Ternate saat itu dengan kirannya ada bantuan erta dukungan dari Portugis ingin sekali menguasi atau mendominasi situasi politik di seluruh wilayah kekuasaan keempat kerajaan tersebut. Inipun mambuat Portugis memanfaatkan situasi. Portugispun selalu menanamkan intrik ayau rencana yang di tanamkan kepada kerajaan Ternate, yang akhirnya nanti Portugislah yang lebih berkuasa.
Beberapa kali kepala pemerintahan darikerajaan Ternate silih berganti. Menemukan sosok yang tepat bagi kerajaan maupun portugis. Bahkan walupun saat itu Ternate dan ketiga kerajaan lain menganut agama Islam, namun di Ternate karena salah satu raja yang merupakan boneka dari Portugis telah mewariskan kerajaan kepada Portugis. Dan kerajaan Ternate menjadi kerajaan Kristen. Raja tersebut ialah Tarbija. Iapun meminta kepada Portugis untuk menjadikan anaknya sebagai Putra Mahkota yakni Baab Ullah.
Penguatan agam kristen yang dilakukan oleh pihak Portugis semakin gencar setelah kedatangan para misionaris, diantaranya Franciscus Xavier. Banyak dari para Bobato yang menganut agama kristen. Semantara itu, Tidore, Bachan dan juga Jailolo tetap mempertahankan kekuasaannya. Walaupun mereka sering turut dalam pertengkaran antara Ternate dan Portugis,
Stelah Portugis menyanggupi permintaan raja yang menjadi boneka yakni Tarbija. Baab Ullah pun sempat menjadi raja dan memperluas wilayah kekuasaan hingga menjadi tuan dari 72 pulau. Dari Mindanao hingga Bima. Bahkan memilki bala tentara yang luar biasa yakni sebanyak 130.000 prajurit.
Setelah baab meninggal lalu posisinya digantikan oleh puteranya Said. Saat ia menjabat, pusat kekuasaan Portugis berpindah ke pulau Ambon. Tepatnya pada saat tahun 1580 Portugal dan Spanyol menjadi satu uni di bawah perintah raja Spanyol. Spanyolpun menduduki wilayah Pilhipina dan menguasai benteng bekas Portugis disana. Tujuaan dari kegiatan Spanyol ini ialah untuk mengatasi kekuatan portugis, sehingga merekalah yang dapat berkuasa penuh di Maluku.
Ssempat datang pula para kekuatan Eropa ke kepulauan Maluku. Yang di antaranya Inggris tahun 1579 lalu Belanda (VOC) pada 1599. Kedatangan mereka saat itu disambut baik oleh kerajaan Ternate. Bahkan VOC mempunyai kantor perwakilan di Ternate.
Usaha Spanyol yang ingin berkuasa di tanah Maluku akhirnya meletus dengan cara perperangan. Pada awal tahun 1600an, Sultan Said dan beberapa anggota pemerintahannya ditangkap dan dibawa ke Manilla. Portugispun ingin merebut kekuasaan di tanah Tidore. Kerajaan Tidore saat itu merupakan salah satu kekuasaan Spanyol. Hingga akhirnya keinginan untuk merebut Tidore tidak terlaksana. Dan Spanyolpun melepas cita-cita mereka untuk merebut Ambon kembali.
Saat Belanda tiba di Maluku, Belanda disambut baik oleh kapitan Hitu. Hitu yang amat benci terhadap Portugis memanfaatkan hal ini untuk bisa mengusir Portugis kembali. Dari pihak Ternatepun menyambut baik kedatangan ini. Dengan banyaknya kapal yang masuk, maka Ternate semakin gencar memperluas kekuasaanya. Dan dari pihak Belandapun tentu memilki strategi tersendiri untuk mendaptkan keuntungan. Mereka menempatkan perwakilan untuk mengatur perdagangan rempah-rempah.
Hitu dan Belanda seiring waktu menjadi semakin dekat. Bahkan untuk usaha mengusir Portugis Belnada dan Hitu melakukan suatu perjanjian atau kesepakatan. Belanda di izinkan membangun benteng dan juga Belanda di bebaskan dari pembayaran pajak dan uang pelabuhan. Setelah Belanda semakin nampak di kepulauan Maluku dengan berbagai aksinya. Pihak Portugis merasa gelisah. Untuk menghadapi semua ini, maka Portugis menyiapkan armada yang besar. Bahkan armada-armada ini merupakan sejarah terbesar yang di siapkan oleh Portugis selama masa ekspansinya. Dan armada-armada ini di pimpin langsung oleh perwira terbaik yang dimilki oleh Portugis. Setelah berlayar, armada-armada Portugis berhasil menaklukan bagian-bagian dari pantai utara jazirah Hitu.
Semenjak Belanda datang dan mendirikan sebuah aklamasi VOC,kapal-kapal Portugis semakin lama semakin merugi dan lumpuh. Pada tahun 1605 Portugis menyerahkab bentengnya kepada Hitu, sehingga kondisi Portugis di Maluku semakin terdesak. Perebutan oleh Hitu ini tidak lepas kembali dari bantuan pihak Belanda. Jatuhnya kependudukan Portugis ini juga membuat kegelisahan bagi umat kristen saat itu. Karena mereka takut terhadap serangan dari Islam. Akan tetapi dari pihak Belanda telah mengizinkan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Tanpa mengkhawatirkan adanya gangguan dari yang lain.
Belanda juga telah berhasil merebut benteng di Tidore. Bangsa Portugis yang telah jelas terlihat kelemahannya sudah tak berdaya. Spanyolpun kian hari kian melemah dan meninggalkan kepulauan Maluku. Hingga akhirnya Belanda yang memilki kuasa tunggal di kepulauan Maluku.



Daftar Pustaka

Diunduh dari http://www.scribd.com/mobile/documents/8567666 diunduh pada tanggal 10 nopember 2011 pukul 07.40 WIB.
Abdurachman, Paramita Rahayu. 2008. “Bunga Angin Portugis di Nusantara, Jejak-jejak kebudayaan Portugis di Indonesia ”. Jakarta : LIPI.
Willard A. Hanna & Des Alwi. 1990. “Turbulent Times Past In TERNATE and TIDORE”. Maluku : Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Urama.
Ricklefs, M.C. 2008. “Sejarah Indonesia Modern 1200-2008”. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta.

resensi= Kelir Tanpa Batas by michael Ageng (my plend)


Kelir Tanpa BatasOleh: Umar Kayam



Judul : Kelir Tanpa Batas
Halaman : 453 halaman; i-x
ISBN : 979-9552-06-0
Penyunting : Faruk
Penerbit : Gama Media
Cetakan Pertama : September 2001

Jawa dan wayang barangkali sudah menjadi topik yang membosankan untuk dibahas dalam sebuah buku. Posisi Jawa dari dulu merupakan sentral kehidupan bangsa Indonesia, baik secara ekonomi, sosial, politik, maupun kultural. Sedangkan wayang merupakan produk budaya yang sangat lekat dengan kultur Jawa. Kedua hal tersebut cukup menjadi alasan banyaknya tulisan mengenai Jawa dan wayang hingga kini. Bahkan menurut Koentjoroningrat (1984) jumlah tulisan mengenai wayang sudah mencapai lebih dari 1000 buah.
Namun buku ini seakan ingin menampik anggapan tersebut, dengan mengangkat wayang sebagai topik bahasannya. Persis dengan judulnya, buku ini ingin menunjukkan bahwa kelir (layar dalam pertunjukkan wayang) memang tidak memiliki batasan. Artinya, pembahasan mengenai wayang dapat terus berlangsung tanpa menemui titik jenuh. Sebab, seperti yang dilakukan buku ini, dengan sedikit saja pendekatan baru, orang dapat menemukan fakta baru mengenai wayang yang belum diketahui sebelumnya.
Dalam buku ini, secara garis besar Umar Kayam, sebagai penulis, mengambil sudut pandang dunia pewayangan Jawa pada era Orde Baru. Pembahasan disajikan secara mendalam dan komprehensif melalui bab per bab. Mulai dari gambaran umum wayang di berbagai daerah , ragam pakem wayang, memudarnya tatanan-tatanan pertunjukan wayang kulit, profil dalang dari berbagai daerah, hingga paradoks Orde Baru. Penyajian itu masih ditambah dengan ratusan foto berwarna yang dilampirkan di bagian akhir buku, yang menambah daya tarik buku ini.
Keunggulan buku ini antara lain adalah lengkapnya faktor data pendukung. Kerap kali dijumpai tabel yang dapat membantu pembaca memahami penjelasan penulis. Selain itu, penulis juga mampu mengumpulkan informasi mengenai ragam wayang, pakem, maupun dalang dari berbagai daerah di Jawa dengan cukup lengkap. Tidak hanya memuat data mengenai wayang gaya Solo (Jawa Tengah) dan Yogyakarta seperti kebanyakan buku lain, namun juga mengenai wayang gaya Jawa Timuran. Latar belakang penulis yang seorang sastrawan juga membuat buku ini mampu meramu sumber-sumber data yang tersedia menjadi susunan yang apik. Secara teknis, buku ini pun memiliki ukuran huruf yang cukup besar yang mampu membuat pembaca nyaman membaca halaman demi halaman.
Kelemahan yang mendasar terdapat di buku ini hanya ada dua. Pertama, peletakan kumpulan lampiran foto berwarna yang diletakkan di bagian akhir buku. Sehingga buku menjadi terkesan kaku layaknya karya tulis. Padahal, bisa saja foto-foto tersebut disisipkan di dalam bab sama halnya dengan penyajian tabel-tabel di dalam buku. Dengan demikian, otomatis tulisan akan menjadi lebih hidup dan mampu bercerita. Kedua, dengan adanya sub bab “Paradoks Orde Baru pada Level Makro.” Keberadaan sub bab tersebut tampak tidak memiliki kaitan dengan bagian lain dari buku. Terlebih, sudut pandang yang diambil penulis dalam sub bab ini terlalu luas. Tidak lagi hanya membahas wayang pada era Orde Baru, namun justru membahas kehidupan bangsa pada era Orde Baru secara makro. Walaupun diakui, keberadaan sub bab ini memang dimaksudkan sebagai pengantar ke sub bab yang selanjutya.
Sebagai kesimpulan akhir, lepas dari segala kekurangannya, buku ini tetap mampu memberikan pengetahuan baru kepada para pembaca, khususnya mengenai jagad pewayangan Jawa pada era Orde Baru. Buku ini juga dapat mengangkat topik yang cukup aktual, mengingat cetakan pertamanya diterbitkan pada tahun 2001. Hanya berselang 3 tahun pasca kejatuhan rezim Orde Baru dimana memang pada saat itu sedang banyak bermunculan tulisan-tulisan mengenai Orde Baru. Namun, sekarang buku ini sudah mulai sulit ditemukan, baik di toko buku, pasar loak, maupun di perpustakaan. Hal ini cukup disayangkan mengingat menariknya sudut pandang yang ditawarkan penulis dalam buku ini. Ditambah dengan sejumlah data-fakta yang mendukung buku ini tetap memiliki daya tarik, khususnya bagi pembaca yang menyukai seluk beluk mengenai pewayangan Jawa.

resensi= Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi



Judul : Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi

Penulis : J. B. Wahyudi

Penerbit : PT. Pustaka Utama Grafiti

Cetakan : Pertama, April 1996

Tebal : XIV, 158 hlm.;28 cm

ISBN : 979-444-368-9


Jurnalistik bukan hanya menjadi milik media cetak seperti surat kabar atau majalah. Media elektronik sudah cukup lama menjadi bagian dari jurnalistik. Media elektronik yang cukup lama gencar dengan dunia jurnalisitk ialah radio dan televisi.

Jurnalisitk yang digarap pada radio dan televisi disebut juga jurnalistik penyiaran. Tidak banyak perbedaan mengenai jurnalistik penyiaran maupun jurnalistik pada umumnya. Hanya saja jurnalistik penyiaran lebih cepat dalam publikasi ke masyarakat karena melalui radio dan televisi.

Berita radio dan televisi memiliki karakteristik sendiri-sendiri, sesuai dengan sarana dan prasarana pendukungnya. Berita radio diolah dan disajikan kepada khalayak dalam bentuk audio (suara) yang dapat didengar melalui pesawat radio. Berita televisi tidak terlepas dari kamera elektronik atau kamera video untuk liputan berita. Kamera video yang biasa dipakai disebut juga electronic news gathering (ENG camera).

Filosofi kerja di bidang penyiaran adalah cepat, tepat dan selamat. Dalam pusat pemberitaan televisi maupun radio adalah kepraktisan, kecpatan, dan ketepatan. Filosofi tersebut yang mendasari dalam susunan organisassi kerja dan tata uang dalam pusat pemberitaan.

Jurnalisitk radio dan televisi yang telah lahir sejak awal abad 20 merupakan hasil dari perkembangan teknologi, khususnya teknologi elektronik, dan akan terus berkembang. Perkembangan teknologi jugalah yang nantinya akan menimbulkan berbagai media baru dalam dunia jurnalistik. Media baru yang sudah mulai muncul, akan marak dan meramaikan jurnalisme.

Buku ini cukup menarik untuk dibaca. Banyak ulasan yang lugas mengenai jurnalistik penyiaran khusunya di radio dan televisi. Bukan hanya itu, informasi yang cukup mendasar mengenai berita dan pemberitaan serta alat pendukuung lain dalam berita termaktub cukup jelas.

Dalam buku ini juga terdapat beberapa lampiran yang cukup penting. Seperti lampiran terminologi, kode etik jurnalistik wartawan Indonesia, kode etik perusahaan pers, kod etik periklanan, kode etik penyiaran, bagaimana menjadi wartawan yang baik,pemikiran untuk menjadi wartawan aau reporter yang ideal, dan indeks buku.

Buku ini juga kurang menarik dalam segi bentuk. Bentuknya yang panjang cukup repot untuk dibawa kemana-mana. Sampul buku yang sederhana namun tidak mencerminkan isi buku yang condong ke jurnalistik penyiaran. Akan tetapi sebagai buku acuan, sangat cocok untuk dibaca bagi jurnalis muda atupun bagi masyarakat yang ingin mempelajari mengenai jurnalistik penyiaran.

sayangilah ayah


Jum’at malam, hujan turun sangat deras. Angin bertiup sangat kencang, halilintar silih bergantian menyapa. Monica berbaring di atas kasur empuknny sambil membaca buku yang berjeniskan misteri. Tanpa rasa takut ia malah menikmati bacaannya tersebut ditemani dengan suasana yang sangat menyeramkan.
Tiba-tiba saat ia sedang asyik membaca, telepon genggamnya (hp) berdering, menandakan ada pesan singkat (sms) yang masuk. Lalu ia mengambil hpnya yang berada disebelah kanan kaki kirinya. Ternyata papahnya yang meng-sms. Isi sms dari papah Monica :
Nic, papah gak jdi plang mlam ini dari Bali, cuaca bruk. Pending jadi bsok pagi. Jadi tunggu papah di bandara yak jam delapan. Love u
Setelah membaca sms dari papahnya tersebut, muka Monica terlihat senang. Dalam hatinya ia berpikir akan menikmati kesendiriannya di rumah dengan nyaman. Setelah menghabiskan satu bacaan buku, ia langsung membuka laptopnya. Monica melanjutkan dengan mengenet ria. Seperti malam-malam biasanya ia asyik dengan facebook dan twitternya. Saling memberitahukan kabar-kabar dan juga kondisi yang ada di daerah teman-temannya. Terutama teman-temannya yang berkuliah di luar negeri.
Sekitar jam tiga malam ia baru tertidur dengan keadaan laptop yang masih terbuka dan puluhan pemberitahuan di facebooknya yang meminta untuk dibuka. Jam empat pagi ia terbangun karena mendengar sahut-sahutan suara adzan shubuh. Namun ia tertidur lagi karena kantuk yang membelainya. Jam sepuluh pagi ia baru terbangun dari tidur lelapnya. Maklum, sabtu kuliah libur sehingga ia bebas melakukan apa saja.
Gila, jam sepuluh, tapi masih kalah ama rekor bangun gwa pas liburan tahun baru yang bangun jam empat sore,hahahahaha” Monica tertawa sendiri sambil membanggakan telatnya ia bangun.
Ia langsung mandi dan memakai kaos bewaarna hitam dan celana hitam. Entah apa yang ia pikirkan sehingga ia memakai pakaian serba hitam. Ia turun ke lantai bawah untuk sarapan.
Bi ada nasi goreng kan? Aku lagi pengen nasi goreng nih..” teriak Monica kepada bi Iyam pembantunya.
Iya Non,, sudah ada kok di meja makan, kan sekarang hari sabtu, biasanya non Monic pengen nasi goreng,hehehe” sahut bi Iyam sambil menyiapkan susu untuk Monica.
Wah, bi Iyam emang paling hebat. Gak ada yang nonton TV nih? Biasanya bang Ujo nonton jam segini?” tanya Monica sambil melirik ruang keluarga.
Bang Ujo lagi ke pasar non, belanja ama Enung, kan senin Ibu bakal pulang dari Amerika ama non Serena.” Jawab bi Iyam.
Oh iya, asyik oleh-oleh dari mamih apa yak sama dari kak Ena?” ujar Monica sambil membayangkan apa yang akan dibawa oleh ibu dan kakaknya.
Non Monic, maaf, kok tumben pakai pakaian serba hitam, ada yang meninggal yak?” tanya bi Iyam keheranan.
Gak kok, gak tau nih, tiba-tiba tangan ini maw ambil baju ini.” Jawab Monica sambil mengangkat bahu.
Monica lalu pergi ke sofa tanpa menghabiskan sarapannya, padahal baru dua kali sendok ia santap nasi goreng kesukaannya. Monica terlihat tidak bersemangat. Lalu ia membuka internet melalui hpnya. Ia membuka situs detik dan membaca berita yang mengejutkan ada kecelakaan beruntun di jalan dekat Grogol. Ia kaget lalu ia menyalakan televisi. Ia melihat sebuah acara berita dan ternyata berita kecelakaan beruntun tadi menjadi topik utama. Dalam berita tersebut memperlihatkan juga video amatir yang dikirimkan oleh seorang gadis melalui hpnya. Kebetulan gadis tersebut sedang merekam teman-temannya yang sedang mengambil photo di dekat tempat kejadian. Dalam video tersebut terlihat kecelakaan beruntun yang sangat mengerikan. Kecelakaan tersebut melibatkan dua kopaja empat motor, dua taxi dan lima mobil pribadi. Dalam kecelakaan tersebut menyebabkan dua belas orang meninggal dan salah satu dari korban tersebut ternyata papah Monica yang terlihat jelas dalam video tersebut. Melihat video tersebut Monica berteriak histeris dan menangis. Bi Iyam yang sedang menuci di dapur langsung melepaskan piring yang dipegang hingga piringnya jatuh dan pecah. Bi Iyam berlalri menuju sumber teriakan.
Ada apa non? Kenapa ama non Monica?”
Monica tidak menjawab, ia memeluk bi Iyam sambil berteriak nama papah dan menangis. Bi Iyam merasa kasihan dan takut dengan kondisi Monica, tidak sengaja ia melihat telivisi dan melihat sosok Tuannya yang berada di antara korban-korban kecelakaan. Bi Iyam pun turut menangis dan meminta Monica untuk sabar dan segera menghubngi polisi dan stasiun televisi.
Bi Iyam lalu menghubungi polisi dan ternyata benar dari data diri korban, salah satunya adalah papahnya Monica. Mereka langsung bergegas ke rumah sakit tempat para korban di tempatkan. Monica dan bi Iyam langsung ke jenazah sang papah. Monica semakin histeris dan menangis dengan kencang. Monica teringat kalau papahnya meminta untuk menjemput di bandara jam delapan. Monica berteriak mengingat pesan papahnya itu, Monica menyesali karena ia tidak ingat untuk menjemput papahnya. Ia semakin menyesal karena ia sempat berpikir kalau ia sangat senang kalau papahnya tidak ada di rumah.
Sabar non, insyaAllah ini sudah menjadi suratan dari yang Maha Kuasa. Non harus ikhlas. Biarkan almarhum Papah dapat dengan tenang pergi bertenu dengan yang Maha Pemilik.”
Ini salahku Bi! Salahku! Kenapa aku telat bangun? Kenapa aku gak jadi yang jemput Papih di bandara? Kalau aku yang jemput tidak akan seperti ini jadinya!”
Astaghfirullah, sabar non, jangan begitu,ini memang sudah menjadi kehendak-Nya”
Monica terus menangis dan memeluk jenazah papahnya. Kalau saja ia tidak melihat video amatir kiriman yang ia lihat di televisi, mungkin ia tidak akan sadar dengan apa yang terjadi dengan papahnya. Peristiwa tersebut juga yang mungkin menjadi pertanda kenapa Monica memakai pakaian serba hitam.

citizen journalism and television


Maraknya Jurnalisme Warga pada Televisi
  1. Pendahuluan
Berita di televisi kini telah menjadi bagian yang tidak terpisah dari masyarakat Indonesia. Bahkan bukan hanya di Indonesia di seluruh dunia banyak orang yang suka mendengarkan dan melihat berita melalui televisi. Sehingga televisi merupakan bagian dari kehidupan banyak orang.
Banyak tayangan pada televisi, salah satunya ialah berita. Bahkan berita menjadi tujuan utama banyak orang dalam menonoton televisi. Dengan berita banyak orang dapat mengetahui kabar terbaru yang ada di sekelilingnya bahkan kabar di seluruh dunia.
Berita ini sangat erat hubungannya dengan dunia jurnalistik. Karena memang tugasnya jurnalis yang mengolah berita menjadi bahan berita yang disuguhkan ke masyarakat luas. Tidak sembarangan berita yang disampaikan kepada khalayak banyak. Oleh karena itu peran jurnalistik yang dapat menyuguhkan berita yang layak disuguhkan.
Berkembangnya zaman, turut membawa perkembangan pada dunia jurnalistik dan juga pertelevisian. Dalam dunia jurnalistik perubahan dialami pada berbagai jenis media dan juga penyampaian berita. Sementara itu, dalam dunia pertelevisian banyak hal yang berubah, seperti iklan, acara-acara televisi, berita televisi dan lain sebagainya.
Perkembangan dunia jurnalistik yang saat ini cukup booming ialah mengenai jurnalisme warga. Banyak masyarakat umum yang walaupun tidak berprofesi sebagai jurnalis atau wartawan, tetapi mereka dapat memberikan informasi kepada khalayak luas. Televisi adalah salah satu sarana yang cukup efektif dalam penyampaian jurnalisme warga.

  1. Isi
Jurnalisme warga biasa juga disebut Citizen journalism. Jurnalisme warga yang sering diartikan sebagai berita yang dikirim untuk media oleh warga biasa tanpa latar belakang jurnalisme. Semua masyarakat luas dapat menginformasikan suatu informasi yang memuat berita. Cara penyampain berita atau informasi tersebut tidak hanya melalui surat kabar, majalah, televisi ataupun radio. Masyarakat dapat menyampaikan berita melalui internet, pesan singkat melalui telepon genggam, twitter, facebook, dan yang paling sering dimanfaatkan ialah melalui blog.
Banyak masyarakat yang memanfaatkan televisi sebagai media untuk memperoleh berita maupun untuk mendapatkan hiburan. Televisi sebagai sarana yang cukup efektif juga bagi para komunikator untuk menyampaikan berbagai pesan kepada komunikan. Bahkan dengan televisi sangat mudah untuk membentuk pandangan masyarakat agar sama dengan apa yang disampaikan melalui televisi. Sehingga banyak yang memanfaatkan televisi sebagai media untuk menyampaikan berita yang sesuai dengan apa yang diberitakan.
Melalui televisi jugalah berita yang sangat baru dan hangat dapat di ketahui oleh banyak orang di berbagai belahan dunia. Tiap orang dapat dengan mudah menerima informasi atau berita melalui televisi. Masyarakat juga dapat dengan mudah untuk memberikan informasi yang memang layak dan di anggap sebagai berita yang penting kepada stasiun televisi. Kegiatan seperti itulah yang disebut sebagai jurnalisme warga atau citizen journalism.
Masyarakat luas dapat memberitakan suatu berita di media massa seperti televisi, walaupun mereka bukan wartawan. Berita yang disampaikan haruslah sesuai dengan kriteria berita jurnalistik sehingga layak untuk di informasikan melalu media atau televisi.
Hampir semua stasiun televisi di Indonesia saat ini sudah memfasilitasi kepada masyarakat luas untuk turut memberikan berita. Berita yang disampaikan oleh masyarakat ini tidak hanya berita secara tertulis, akan tetapi, dapat berupa video, maupun telewicara. Berita yang disampaikan oleh masyarakat ini nantinya dapat juga menjadi rujukan berita bagi masyarakat lain yang mendengarnya.
Salah satu contoh berita yang disampaikan oleh masyarakat atau jurnalisme warga ialah, berita berupa video bencana alam yang luput dari pemberitaan wartawan media-media massa, lalu dikirmkan dan ditayangkan oleh stasiun televisi sehingga banyak masyarakat yang mengetahui kabar berita bencana alam tersebut. Ataupun melalui telewicara, seseorang menelpon stasiun televisi untuk mengabarkan adanya salah satu anggota keluarganya hilang, lalu dari stasiun televisi tersebut ditayangkan dan ditonton oleh masyarakat banyak, sehingga menjadi bahan pemberitaan oleh masyarkat luas.

  1. Penutup
Rasanya ketinggalan zaman kalau samapi tidak mengetahui apa itu citizen journalism. Citizen journalism adalah berita yang disampaikan oleh warga biasa kepada media-media tertentu yang memuat informasi dan diketahui oleh banyak khalayak.
Saat ini bukan hanya wartawan saja yang dapat memberikan informasi berita, akan tetapi semua orang dapat melakukannya, tidak terpaku dengan usia, tempat, jenis kelamin mauun status. Semua orang berhak untuk memberikan informasi.
Televisi adalah salah satu media dalam dunia jurnalistik. Televisi memeliki peran yang cukup penting dalam pemberitaan. Melalui televisi jugalah masyarakat luas dengan label citizen journalism dapat menyalurkan informasi atau berita.

Referensi
Di unduh dari http://lunjap.wordpress.com/2008/06/03/citizen-journalism-sebuah-fenomena/ pada tanggal 4 Januari 2012 pukul 09.30 WIB.
Di unduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14826 pada tanggal 4 Januari 2012 pada pukul 09.25 WIB.
Di unduh dari http://sekolahmediacbn.wordpress.com/2011/01/27/merebut-pengaruh-lewat-citizen-journalism/ pada tanggal 4 Januari 2012 pukul 09.40 WIB.
Mulyana, Deddy,dan Subandy, Ibrahim Idi. 1997. Bercinta dengan Televisi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar Jurnalistik radio dan Televisi. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes