Review Love in Sahel
By National Geographic
Pada film ini diceritakan bahwa oral komunikasi cukup penting dalam bersosialsisasi. Dengan oral komunikasi terutama yang saling mengerti akan mempermudah dalam berkomunikasi. Satu sama lain akan lebih cepat dalam menerima pesan yang disampaikan.
Diceritakan pada film ini kehidupan sosial masyarakat pedalamam Afrika yang menggantungkan kehidupan dari air sungai. Hidup yang luar biasa ditunjukkan pada film ini, dengan kebudayaan yang cukup keras namun memiliki khasanah yang mengesankan.
Kehidupan wanita yang hanya menetap di dalam perkampungan, akan tetapi sang pria yang berkelana menjalani hidup demi keberlangsungan kehidupan pula. Keganasan gurun dan cuaca di Afrika yang luar biasa telah menjadi hal uang biasa bagi mereka. Hadangan panas dan berbagai wabah penyakit terutama dari lalat tse-tse sudah menjadi sesuatu yang lazim.
Wanita-wanita disana sangat dekat satu sama lainnya. Interaksi yang saling terjaga dan cara bicara mereka yang menandakan bahwa mereka bak memilki ikatan yang kuat. Terutama para gadis yang sedang mempelajari bagaimana menjadi wanita yang dewasa dan akan menghadapi dunia kewanitaan sesungguhnya.
Kehidupan pria disana lebih menantang lagi, apabila saat musim penghujan tiba maka inilah waktunya untuk sang pria berkelana. Dimana sang pria berkelana bukan untuk mencari kejelasan hidup, akan tetapi untuk menggembalakan ternaknya. Ternaknya ialah sapi-sapi yang harus bisa diberi makan agar saat mereka kembali sang ternak sudah besar dan berdaging banyak.
Selama berkelana, mereka lsang pria lebih sering meminum susu sapi yang langsung dari ternak mereka. Dengan meminum susu tersebut mereka dapat lebih tahan dan kuat untuk menjalani pengembaraannya.
Pengembaraan pria ini sebenarnya bukanlah hal yang mudah. Banyak tan tangan yang mereka hadapi di daratan afrika ini. Selain panasnya gurun yang memang terkenal di daratan Afrika, lalat tse-tse, binatang buas, dan badai gurun yang kadang muncul tak terelakan. Tapi itu semua adalah perjuangan yang harus mdan mutlak dihadapi. Terutama bagi pria yang akan menyunting wanitaa pujaannya. Sapi yang gemuk adalah harga mutlak agar mereka dapat diterima oleh keluarga wanita.
Saat sang pria melakuakan misinya di jazirah Sahel dan sekitarnya. Sang wamita melakukan penantian panjang pria idamannya. Wanita yang sudah bersuami saling membantu wanita lainnya untuk bersolek diri, denagn menambahkan perhiasan-perhiasan berhaga di tubuhnya. Bahkan rambutnya pun dihias dengan hiasan rambut sehingga benar-benar rambut wanita disana bak mahkota kepala yang menarik.
Sang pria dengan suguhan kata-kata manis dari wanita idamannya serta penampilan yang sangat menarik tersebut akan menjadi semakin menyayangi sang wanita. Lelah dan perjalanan hidup yang luar biasa terasa hilang setelah berjumpa. Hangatnya keluargapun menjadi penawar atas apa yang terjadi selama mereka mengelana.
Itulah kehidupan yang luar biasa di jazirah Afrika. Jazirah ganas namun memilki kisah manis dibalik itu semua. Love in Sahel.
Muhammad Ramdani
11/317792/SP/24682
Sejarah Ilmu Komunikasi dan Media
0 comments:
Post a Comment