Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, 31
Desember 2017 M/13 Rabiul akhir 1439 H
Sejenak
berfikir penuh perenungan, di penghujung akhir tahun ini, mengikuti rangkaian
mabit dengan tema Romantisme Rasulullaah.degan diawali menyaksikan film drama
cinta Islami Ayat-Ayat Cinta 2 di pecan lalu, begitu banyak yang harus kita
syukuri dalam hidup. Sebagai seorang manusia apalagi diriku sebagai seorang
pria dewasa banyak tantangan hidup yang harus diarungi. Banyak anugerah dari
Yang Maha Kuassa yang tentu saja harus kita syukuri. Sosok Fahri walaypun
fiktif namun mulianya akhlaknya, serta sosok Muhammad Rasululullaah SAW yang
sangat amat mulia. Sosok Aisyah yang kuat dan tegar dan memperjuangkan harkat
marbatnya sebagai seorang muslimah, juga Khadijah seorang wanita yang tidak
perlu lagi diragukan betapa tinggi derajatnya hingga Rasulullaah selalu
teringat padanya walaupun ia telah tiada dan digantikan Aisyah RA..
Dengan
hiruk pikuk suara petasan di luar masjid yang dimana memang berada dekat dengan
lapangan Monumen Nasional, InsyaaAllaah aku akan menjadi diriku lebih baik
untuk kedepannya. Kegemilangan dunia, kilaunya permata dunia takan seindah apa
yang akan kita dapat di akhirat kelak. Teringat sosol Rabiah Al Adawiah yang
hidupnya di dunia hanya untuk “bercinta” kepada Allaah, tak termakan nafsu
dunia, maka apa yang akan aku kejar?
Saat
membuka media social sahabat, kawan dan teman, banyak mereka sukses dan
mendapatkan banyak kenikmatan harta dunia, apakah aku iri? Ya aku iri, karena
aku tidak bias memberikan banyak kepada orangtua, ibu, keluarga bahkan umat di
sekitarku. Aku hanya bias berusaha memberikan sepenggal semangat untuk mereka
yang membutuhkan. Hanya itu tak lebih.
Gemuruh
petasan semakin terasa terngiang ditelinga, menandakan semakin dekat masuknya
tanggal 1 Januari 2018 di tahun Masehi. Rintihan hati dan isak tangis dalam
sanubari terkucur pilu karena sudah berbuat apakah diriku selama ini? Manusia kotor
nan penuh dosa. Seorang anak yang dibanggakan namun tak kunjung dapat
membahagiakan. Seorang adik juga kakak yang selalu menjadi panutan namun tak
kunjung berbuat banyak untuk mereka. Seorang sahabat yang bias memberi semangat
tanpa daya membantu dengan daya dan upaya.
Akhirnya
masuk sudah hitungan tanggal 01 Januari 2018 bertepatan dengan hari senin maka
aku bertekad untuk dapat menjadi manusia sejatinya manusia. Manusia yang
hakikatnya hanyalah untuk beribadah kepada sang Pencipta yang sesuai dengan
nama dalam status pesan social berteknologi terkini whatsapp “menjadi
surya” aku kan berusaha menjadi matahari yang memberi kehidupan, memberi sinar
juga kehangatan. Walaupun kadang sinar sang surya merusak kulit manusia dan
membuat takut para caing hingga mereka masuk ke dalam tanah tapi itu adalah
sebuah kehidupan.
Aku bukan
Rasulullaah manusia sempurna seutuhnya yang tidak penuh dosa. Aku hanya manusia
biasa yang kadang penuh asa dalam kebaikan namun kadang pula turun asa ke level
terendah menjadi manusia paling kotor dan hina. Ikhtiar dan berusaha adalah
kunci serta doa untuk selalu berkomitmen dalam jalur yang memang seharusnya
dilalui.
Saat
banyak khalayak ramai mebuat resolusi lalu aku? Tentu ada yang aku inginkan
untuk di hari esok namun semua kembali pada kemampuan dan bagaimana aku dapat
bersemangat untuk menjalankannya.
Menjadi
Surya dalam untaian jari pencari, pencari apa? Pencari hidup yang lebih baik.
Semoga
Ia YangTidak Pernah Tidur mengampuni dosa-dosaku dan menguatkan asaku.
Untuk
ibu, kakak, adik-dikku,keponakanku, sahabatku, serta untuk mereka yang telah
mendahului pergi dari kerasnya dunia babah, kedua kakek, nenek, dan semua yang
telah pergi lebih dekat dalam hari penuh perhitungan.
0 comments:
Post a Comment