Antara Sepeda dan Sang
Bocah
(review filem the Bicycle Thief)
Film yang berjudul asli
Ladri Di Biciclette atau yang dalam bahasa Inggris the
Bicycle Thief mengisahkan kehidupan keluarga yang hidup dengan
serba kekurangan. Kisah klasik yang memand dalam suasana serta zaman
klasik membuat suasana yang sangat nyaman dilihat.
Walaupun dengan bahasa
yang tidak dapat dimengerti yakni bahasa Italia akan tetapi dapat
diartikan dengan adegan dan suasana yang disajikan dalam film ini.
Kehidupan keluarga kecil yang dalam kenyataannya kecil pula dalam
kondisi harkat sosial dalam bermasyarakat. Keluarga yang terdiri dari
sang ayah yakni Antonio, sang isteri dan sang anak Bruno. Antonio
yang telihat kusuh dan menyedihkan dengan kondisinya akhirnya
mendapat pekerjaan sebagai tukan temple poster setelah menjual
beberapa barang keluarga dan uangnya dibelikan sebuah sepeda untuk
menunjang pekerjaannya.
Kebahagiaan pun dirasa
oleh Antonio dan keluarga dengan pekerjaan yang akhirnya dimiliki
oleh Antonio. Sayang namun sayang sesuai dengan judul film ini
akhirnya pencurian sepeda pun ditayangkan dalam adegan ini. Dimana
sepeda Antonio dicuri saat ia bekerja menempelkan poster. Saat
pengejaran sepedanya yang dicuri ternyata ada persengkongkolan
sehingga raiblah sepeda Antonio walau ia telah berupaya mengejar
dengan menumpang pada sebuah mobil.
Kecewalah jelas pada diri
Antonio, dengan pengorbanan harta yang dimiliki sekarang salah satu
asset paling berharga untuk mencari nafkah. Sedih jelas nampak pada
raut wajah Antonio. Akan tetapi perjalanan Antonio untuk kembali
mendapatkan sepeda terus berlanjut. Sebagai seorang kepala keluarga
jelas Antonio memilki rasa untuk memberikan yang terbaik bagi
keluarga dan memberikan nafkah yang padan dan memenuhi kebutuhan.
Selain itu terlihat sekali sang isteri sangat mencintai dan mendukung
apa yang ia lakukan sehingga ia ingin membahagiakan sang isteri.
Perjalanan Antonio yang
panjang dan penuh emosi terus berlanjut. Pencarian kerja jelas ia
selalu lakukan. Kemana-mana ia sambangi dan tak lupa Bruno sang bocah
lucu nan manis ini selalu mengikuti kemanapun sang ayah berpijak.
Lelah dan letih bahkan lapar pasti menghampiri perjuangan dua
pengelana ini. Akan tetapi itu semua adalah pendamping kehidupan yang
memang hars diterima.
Suatu ketika ia bertemu
dengan seorang fulan yang terlihat sebagai artis kelas rendah yang
bermain teater. Dengan dialah dia terlihat sedikit memilki sedikit
harapan akan memenuhi kebutuhan dan mencari sepedanya lagi. Ia pun
beranjak menuju sebuah jalan yang terlihat jajara sepeda dimana-mana.
Wajah serius ia tampakan melihat satu per satu sepeda yang berjajar.
Akan tetapi sepeda yang ia harap ada tidak tampak. Ya sudahlah hidup
harus terus belanjut.
Di akhir penghujung film
ini, diceritakan jika sang ayah yakni Antonio hendak mencuri sepeda
yang terdampar di sebuah tembok bangunan. Lalu Antonio memberikan
selembar uang untuk ongkos pulang Bruno meninggalkan ayahnya. Namun
tak disangka Bruno bocah cerdas yang selalu mengikuti gerak-gerik
ayahnya ini tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh sang ayah.
Ternyata sang ayah mencuri sepeda. Niat nekat itu dilaksanakan
Antonio namun nasib naas kembali tersimpan pada dirinya. Dia kethauan
dan dikejar oleh sang pemilik sepeda, tak ayal warga sekitarpun ikut
mengejar. Akhirnya Antonio pun tertangkap dan Bruno melihat ayahnya
mencuri sepeda dan dikerumuni oleh banyak orang. Brunopun mendekat
sembari menangis meilhat sang ayah diperlakukan kasar oleh
orang-orang. Akan tetapi sang pemilik sepeda yang baik hati iba
meilhat Bruno yang menangis sehingga Antoniopun dilepaskan dan hanya
diberi nasihat-nasihat. Mereka berduapun akhirnya jalan pergi dengan
Bruno memegangi tangan sang ayah.
Kisah yang luar biasa.
Menceritakan bagaimana kondisi rakyat kecil pada zaman dahulu di
negeri pizza ini. Memank tak jauh berbeda dengan kondisi rakyat kecil
pada semua Negara, terhimptnya kondisi ekonomi menjadi momok yang
memang selalu mendampingi jalannya kehidupan. Akan tetapi ada poin
berbeda yang dapat diambil yakni kondisi masyarakat dan lingkungan
yang berbeda dengan kondisi di Indonesia pada zamannya.
Pelajaran yang patut
dicontoh, terutama akhlak yang baik dari sang anak. Ketegaran sang
ibu dan usaha keras dari sang ayah walau sesi akhir saat ayah mencuri
tak perlu dicontoh.
0 comments:
Post a Comment